Setiap tahun di Bengkulu, khususnya pada bulan Muharram, masyarakat menyelenggarakan ritual Tabut, sebuah upacara budaya yang sarat dengan nilai sejarah, tradisi, dan spiritualitas. Tabut diadakan untuk memperingati peristiwa Asyura, yaitu hari wafatnya cucu Nabi Muhammad SAW, Hussein bin Ali, dalam pertempuran di Karbala. Meski berakar dari sejarah Islam, ritual ini telah menjadi bagian dari warisan budaya Bengkulu yang unik dan khas, menyampaikan pesan universal tentang perdamaian, penghormatan, dan solidaritas.
Asal-Usul Ritual Tabut di Bengkulu
Tabut pertama kali dibawa ke Bengkulu oleh para pendatang asal India Selatan, terutama etnis Syeikh dari komunitas Muslim Madras, pada masa kolonial Inggris. Seiring waktu, tradisi ini berakulturasi dengan budaya lokal Bengkulu hingga menjadi peringatan tahunan yang tidak hanya terbatas pada komunitas Muslim, tetapi juga diikuti oleh masyarakat Bengkulu dari berbagai latar belakang sebagai bagian dari identitas budaya mereka.
Tahapan Ritual Tabut
Prosesi Tabut berlangsung selama sepuluh hari, dimulai pada tanggal 1 Muharram dan berakhir pada tanggal 10 Muharram. Berikut adalah beberapa tahapan penting dalam ritual Tabut:
- Mengambik Tanah
Pada tanggal 1 Muharram, masyarakat memulai upacara Tabut dengan mengambil tanah dari sebuah lokasi yang dianggap sakral. Tanah ini kemudian ditempatkan dalam bangunan Tabut sebagai simbol asal usul manusia dan sebagai tanda penghormatan bagi almarhum Hussein. - Duduk Penja
Penja adalah replika tangan yang melambangkan tangan Hussein, dan prosesi ini bertujuan untuk mengenang keberanian dan pengorbanannya. Penja dibersihkan dan disucikan, lalu ditempatkan pada bangunan Tabut sebagai bagian dari penghormatan. - Meradai
Di hari-hari berikutnya, masyarakat melakukan prosesi “meradai,” yaitu mengelilingi kota sambil membawa Tabut. Iring-iringan ini diikuti oleh musik tradisional dol, yaitu alat musik tabuh khas Bengkulu yang memberikan suasana khusyuk dan sakral. Musik dol menjadi ciri khas dari ritual ini, dengan bunyi yang kuat dan ritme yang menghentak. - Arak Penja dan Arak Gedang
Puncak dari ritual Tabut adalah prosesi arak penja dan arak gedang, yaitu mengarak replika Tabut berukuran besar mengelilingi kota. Ribuan orang ikut serta dalam iring-iringan ini, baik sebagai peserta maupun penonton, menciptakan suasana yang meriah namun penuh haru. Dalam prosesi ini, masyarakat mengenang peristiwa Karbala dengan suasana duka namun juga sebagai perayaan keberanian dan perjuangan. - Tabut Terbenam
Pada hari terakhir, replika Tabut dibawa ke Pantai Tapak Paderi dan dilarung ke laut atau dikuburkan di sebuah lokasi khusus. Tabut Terbenam menandai berakhirnya seluruh rangkaian upacara, sebagai simbol mengantarkan roh yang telah meninggal. Prosesi ini sekaligus menjadi penutup ritual Tabut, di mana masyarakat mengungkapkan doa-doa untuk kedamaian dan penghormatan.
Nilai Budaya dan Pesan Perdamaian
Tabut Bengkulu bukan sekadar ritual, tetapi juga bentuk peringatan akan pentingnya menjaga perdamaian dan menghargai pengorbanan. Dengan mengikuti Tabut, masyarakat Bengkulu tidak hanya melestarikan tradisi, tetapi juga mengingatkan generasi muda akan pentingnya solidaritas dan sikap saling menghormati.
Acara ini juga menjadi ajang kebersamaan bagi seluruh lapisan masyarakat. Meski berakar dari sejarah Islam, prosesi ini telah menjadi kebudayaan umum Bengkulu yang dirayakan oleh semua kalangan. Hal ini menunjukkan betapa toleransi dan keharmonisan telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Bengkulu.
Tabut sebagai Warisan Budaya Bengkulu
Kini, ritual Tabut telah diakui sebagai salah satu warisan budaya tak benda oleh pemerintah Indonesia dan menjadi agenda tahunan yang mendatangkan banyak wisatawan. Selain menjadi peristiwa sakral, Tabut juga menjadi atraksi wisata yang memperkenalkan budaya Bengkulu kepada masyarakat luas. Para wisatawan dapat menikmati suasana yang penuh warna, menyaksikan parade Tabut yang megah, dan merasakan kehidupan masyarakat Bengkulu yang harmonis.
Tabut bukan hanya perayaan tahunan, tetapi juga warisan leluhur yang menyimpan makna spiritual dan budaya mendalam. Dari ritual ini, masyarakat Bengkulu diajak untuk memahami nilai-nilai luhur tentang kehidupan, keberanian, dan perdamaian yang perlu dilestarikan.