Batik Basurek adalah salah satu produk budaya yang istimewa dari Bengkulu, yang tidak hanya menampilkan keindahan visual tetapi juga kaya akan makna filosofis. Kain batik ini memiliki ciri khas yang membedakannya dari batik lain di Indonesia, yaitu motif kaligrafi Arab yang mencerminkan nilai spiritual. Kata “basurek” sendiri berasal dari bahasa Bengkulu yang berarti “bertuliskan.” Motif kaligrafi yang tertuang di atas kain Batik Basurek kerap kali disandingkan dengan motif flora dan fauna, seperti bunga raflesia yang ikonis, hingga burung cenderawasih. Batik Basurek tidak hanya berfungsi sebagai kain atau pakaian semata, tetapi juga memiliki nilai sakral yang sering digunakan dalam upacara adat dan keagamaan di Bengkulu.
Sejarah Batik Basurek ini konon berawal dari pertemuan budaya antara masyarakat lokal Bengkulu dengan bangsa Arab yang datang pada masa lalu. Seiring perkembangan waktu, masyarakat Bengkulu mulai mengadopsi kaligrafi Arab sebagai simbol religius yang kemudian dituangkan ke dalam batik. Kehadiran Batik Basurek tidak hanya menjadi lambang penghormatan terhadap budaya leluhur tetapi juga menjadi representasi identitas masyarakat Bengkulu yang religius. Batik ini awalnya digunakan dalam berbagai acara sakral, termasuk upacara Tabot yang digelar untuk memperingati peristiwa Karbala. Dalam acara ini, kain Basurek melambangkan kesucian, keberanian, serta keteguhan hati, sesuai dengan kisah pengorbanan cucu Nabi Muhammad SAW, Husain, yang menjadi dasar peringatan Tabot.
Proses pembuatan Batik Basurek tergolong rumit dan membutuhkan keterampilan khusus. Batik ini dibuat dengan metode pewarnaan dan pelilinan yang sama seperti batik pada umumnya, namun motif kaligrafi dan simbol khas Bengkulu menjadi tantangan tersendiri. Pembatik harus memiliki ketelitian tinggi, terutama saat menggambar motif kaligrafi yang rumit dan membutuhkan kehati-hatian agar bentuk tulisan tetap jelas dan estetis. Selain motif kaligrafi, beberapa corak lain yang sering ditemukan di Batik Basurek adalah motif bunga, seperti raflesia arnoldii yang menjadi bunga khas Bengkulu, dan motif hewan seperti burung dan kupu-kupu. Pewarnaan pada Batik Basurek juga menggunakan pewarna alami, yang menghasilkan warna-warna cerah namun tetap alami, membuatnya kian menarik di mata penggemar batik.
Batik Basurek kini telah berkembang dan menarik perhatian masyarakat luas, tidak hanya di Bengkulu tetapi juga di berbagai wilayah Indonesia. Pemerintah daerah dan perajin batik lokal terus berinovasi untuk mengembangkan batik ini agar bisa diterima oleh pasar yang lebih luas. Kini, Batik Basurek tidak hanya hadir dalam bentuk kain tradisional tetapi juga diolah menjadi berbagai produk fesyen modern, seperti baju, syal, tas, hingga sepatu. Inovasi ini menjadikan Batik Basurek semakin populer, bahkan hingga ke kancah internasional, dan menjadi salah satu kebanggaan budaya Bengkulu yang diakui dunia. Dengan desainnya yang unik, Batik Basurek berhasil menarik perhatian para desainer dan penggiat fesyen nasional dan internasional yang tertarik mengangkat kain ini dalam karya mereka.
Namun, di balik perkembangan positif ini, Batik Basurek juga menghadapi tantangan dalam hal pelestarian. Regenerasi pembatik tradisional menjadi salah satu kendala, karena generasi muda kini kurang tertarik untuk belajar dan melestarikan pembuatan Batik Basurek. Untuk menjaga warisan budaya ini tetap hidup, berbagai pihak, termasuk pemerintah, komunitas budaya, dan lembaga pendidikan, berupaya mengadakan pelatihan-pelatihan bagi generasi muda agar terampil dalam membatik. Dengan begitu, diharapkan Batik Basurek tidak hanya terus berkembang tetapi juga tetap lestari sebagai warisan budaya khas Bengkulu yang unik dan memiliki daya tarik luar biasa bagi generasi sekarang dan masa mendatang.