Festival Tabot, yang diadakan setiap tahun di Bengkulu, bukan hanya menjadi simbol penghormatan bagi para leluhur, tetapi juga merupakan pesta budaya yang menyatukan berbagai elemen masyarakat. Acara ini dikenal sebagai peringatan perjuangan dan pengorbanan cucu Nabi Muhammad SAW, Hasan dan Husain, dalam peristiwa Karbala. Namun, di luar aspek religiusnya, Festival Tabot juga menjadi ajang pelestarian budaya serta sarana wisata yang menarik wisatawan lokal maupun mancanegara.
Asal Usul Tabot dan Sejarahnya di Bengkulu
Tradisi Tabot awalnya dibawa oleh para pekerja asal India Selatan yang datang ke Bengkulu pada abad ke-18. Mereka memperkenalkan ritual ini untuk mengenang peristiwa Karbala, di mana cucu Nabi Muhammad SAW, Husain, gugur dalam pertempuran yang tragis. Seiring waktu, upacara ini diadopsi dan dilestarikan oleh masyarakat Bengkulu sebagai bagian dari identitas budaya mereka. Tabot sendiri berarti “peti” atau “replika bangunan” yang akan diarak dalam prosesi penuh makna.
Rangkaian Acara yang Sarat Makna
Festival Tabot biasanya berlangsung selama sepuluh hari, dimulai dari tanggal 1 hingga 10 Muharram dalam kalender Islam. Rangkaian acaranya mencakup berbagai prosesi tradisional yang memiliki simbolisme mendalam. Berikut beberapa momen yang dinantikan:
- Mengambil Tanah – Dimulai dengan mengambil tanah dari tempat tertentu yang dianggap sakral, melambangkan asal usul manusia.
- Mendirikan Tabot – Pada fase ini, replika Tabot mulai didirikan. Replika ini terbuat dari bambu yang dihias indah, menggambarkan peti yang diyakini membawa simbol-simbol kesucian dan perjuangan.
- Arak-arakan dan Tarian Tradisional – Pada malam hari, festival semakin meriah dengan adanya arak-arakan yang diiringi tabuhan dol dan tassa, alat musik tradisional Bengkulu. Tabuhan dol dan tassa memiliki ritme khas yang menggugah semangat, seakan membawa peserta dan penonton larut dalam peringatan yang khidmat namun penuh energi.
- Upacara Tabot Besanding dan Tabot Tebuang – Puncak dari festival ini adalah Tabot Besanding dan Tabot Tebuang, yang menandakan berakhirnya seluruh rangkaian acara. Pada fase Tabot Tebuang, tabot diarak menuju pantai dan dibuang, sebagai simbolisasi pelepasan duka cita.
Kemeriahan Festival dan Antusiasme Masyarakat
Festival Tabot tak hanya menjadi ajang sakral, tetapi juga pesta rakyat yang penuh kemeriahan. Masyarakat Bengkulu berbondong-bondong memenuhi alun-alun untuk menyaksikan pawai dan berbagai atraksi budaya. Festival ini juga dilengkapi dengan bazar makanan, pameran kerajinan lokal, hingga berbagai lomba yang melibatkan anak-anak dan remaja, menjadikannya sebagai sarana edukasi budaya bagi generasi muda.
Pesona Dol: Alat Musik Tradisional Pengiring Tabot
Dol, alat musik yang dimainkan selama Tabot, memiliki peran penting dalam menghidupkan suasana festival. Terbuat dari kayu dan kulit kambing, dol menghasilkan bunyi yang khas dan kuat, sehingga tabuhan dol dapat terdengar hingga jauh. Musik dol tidak hanya menggugah semangat, tetapi juga menjadi pengikat emosi bagi warga Bengkulu yang mengikuti prosesi ini.
Festival Tabot sebagai Daya Tarik Wisata
Bagi wisatawan, Festival Tabot adalah kesempatan langka untuk menikmati atraksi budaya yang unik dan otentik. Setiap tahunnya, festival ini menarik perhatian ribuan pengunjung dari dalam dan luar negeri. Pemerintah daerah Bengkulu juga terus berupaya meningkatkan kualitas dan promosi festival ini, agar dapat menarik lebih banyak wisatawan.
Festival Tabot bukan sekadar perayaan, melainkan simbol hidup dari warisan leluhur yang terjaga dari generasi ke generasi. Lewat Festival Tabot, Bengkulu mengingatkan kita akan pentingnya menjaga tradisi, merajut kebersamaan, dan menghargai perjuangan yang telah tertanam dalam jiwa masyarakatnya.